Pagi masih basah karena mendung yang berkepanjangan ketika BBM dari salah seorang sahabat masuk. Undangan ta'lim dengan tema Islamic Parenting bersama Ust. Nurul Huda atau akrab dipanggil Ust. Enha akan diadakan tanggal 18 Januari 2013 pada pukul 09.00 WIB.
Lokasi ta'lim yang dekat dengan rumah berikut tema menarik yang ditawarkan tak urung membuat kaki melangkah menuju kajian.
Sebagai pengingat diri yang mudah lupa ini sekaligus ingin berbagi suatu ilmu yang menurut bunda bagus bila diterapkan kita para orangtua ini, maka bunda coba tulis lagi apa yang tadi sudah disampaikan, selamat menikmati yah :)
Sebagian besar dari kita senantiasa menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh idola.
Padahal sebenarnya Nabi Muhammad SAW tidak sepantasnya disebut idola.
Nabi Muhammad SAW adalah Uswah atau teladan.
Idola sendiri artinya adalah berhala. Tak heran banyak anak muda memuja seorang idolanya secara berlebihan karena memang arti kata Idola itu sendiri adalah berhala; pujaan; benda yang terlalu disanjung. Subhanallah, baru tauuuu nihh....kemana ajaa selama ini yaa?
Kaitannya dengan Nabi Muhammad SAW sebagai Uswah, Nabi Muhammad adalah teladan bagi umatnya, bila dikaitkan dengan parenting, orangtua juga memiliki umat dirumah, yaitu anak-anaknya. Orangtua disini sebagai utusan ALLAH SWT untuk menjaga dan membimbing anak-anaknya. Maka bila kita lihat sosok Nabi Muhammad SAW dalam kaitannya sebagai utusan ALLAH SWT kepada umatNYA, sesuai dengan Al quran surah Al Ahzab ayat 45-46 adalah sbb:
5 Fungsi Sang Utusan adalah,
- Sebagai Penyaksi
- Sebagai pembawa kabar gembira
- sebagai pemberi peringatan
- sebagai penyeru kebaikan dijalan ALLAH SWT
- Sebagai pelita yang menerangi
Bagaimana kita bisa menjadi utusan yang baik bila kita tidak memahami anak-anak kita?
Memberi peringatan maupun kabar gembira, semua ada caranya.
Dalam surah Ibrahim ayat 4,
"Kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia menerangkan kepada mereka".
Nabi Muhammad SAW saja memiliki bahas tersendiri saat menerangkan kepada kaumnya, maka kitapun demikian, berusaha pahami dan mengertilah bahasa anak-anak untuk dapat masuk kedalam pikiran anak-anak tersebut, bukan malah sebaliknya kita berharap anak-anak mengerti dan memahami kita.
Semua anak adalah istimewa.
Anak-anak lahir dalam keadaan nothing. Adalah besar peran manusia untuk menjadikan anak-anak ini from nothing to something.
Pendekatan kepada anak sendiri ada 2 cara,
- Ilmu pengasuhan atau ilmu parenting yang baik. Dalil: An Nisaa Ayat 9, "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar".
- Sempurnanya Kesabaran. Dalil: Ali Imron ayat 146 "Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar". Ilmu tanpa sabar tidak akan efektif, demikian pula halnya sabar tanpa ilmu, akan menyebabkan anak akan kehilangan arah.
Sabar yang dimaksud dalam QS Ali Imron 146 adalah;
- tidak lemah fisik
- tidak lemah mental
- tidak lemah gagasan
- tidak lari dari masalah
- Melalui penglihatan / secara visual
- Melalui pendengaran
- Melalui pengalaman-pengalaman khusus
Sementara itu, apa yang harus dilakukan apabila terlanjur ada masalah?
Ust. Enha memberi penjelasan bahwa pertama kali yang harus dilakukan apabila muncul masalah adalah:
- BDK atau Berdamai Dengan Keadaan. Kita harus dapat menerima dulu segala kondisi yang sudah terjadi untuk menudian kita cari solusinya. Bukannya terus mencari dan mempermasalahkan keadaan atau malah menyesali segalanya tanpa berlanjut kepada solusi.
- Melakukan Re-framing atau membuat bingkai baru terhadap keadaan. Ust Enha memberi contoh disini misalkan pada anak yang terlanjur suka kita beri label nakal, padahal pada dasarnya si anak lahir dalam kondisi baik, suci bersih. Berikan bingkai baru bahwa si anak tidak nakal, dia hanya kreatif, bahwa anak sebenarnya baik. Dan yang tak kalah penting adalah yakinlah bahwa kita tak akan kehabisan cara dalam menghadapi segala masalah yang ada. Jangan putus asa, selalu ada 1001 cara untuk menghadapi segala masalah selama kita tidak panik. Karena terbukti panik dapat membuat masalah justru semakin besar. Ayat yang relevan dengan tersebut diatas yaitu: Surah Al An'am 125, "Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya , niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman".
Oya, 1 lagi, jangan ragu apalagi malu untuk minta maaf kepada anak, karena seringkali anak-anak memendam rasa yang tanpa disadari orangtua menyebabkan perilaku yang menurut orangtua tidak baik atau tidak patut untuk dilakukan si anak, sementara pada kenyataannya si anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan orangtua justru akibat tindakan orangtua itu sendiri pada si anak yang tidak disadari orangtua menjadi beban dibawah alam bawah sadar anak.
Hmm... selalu ada 1 benang merah sehubungan dengan memperbaiki diri yang bunda simpulkan, bahwa kita harus berdamai dulu dengan keadaan dimasa lalu, menerima kondisi yang ada dengan ikhlas lalu kemudian memperbaikinya sebaik mungkin seperti yang ALLAH SWT mau pada umatNYA.
Semoga tulisan diatas gak malah bikin bingung ya? karena sebenarnya kajian yang disampaikan Ust. Enha sepertinya lebih detail dan komplit walau tidak bisa lebih panjang lagi karena sudah mendekati waktu shalat jum'at. Enaknya sih kalo ada kajian Ust. Enha mengenai parenting ini dateng sendiri ya, dan lengkapi tulisan diatas, biar makin jelas hihi